Sejarah Sulawesi Encyclopedia

Selasa, 15 Oktober 2019

Stupid History Makers / Pembuat Sejarah Bodoh



1. Menghindari persaingan tidak sehat di antara sesama pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.
2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dalam bangsa-bangsa Asia.
3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berujung menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, VOC diberi hak-hak istimewa oleh pemerintah Belanda, yang dikenal dengan Hak Octroi meliputi hal-hal berikut ini.
1. Monopoli perdagangan.
2. Mencetak uang dan mengedarkan uang.
3. Mengangkat dan memberhentikan pejabat.
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja lokal.
5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri.
6. Mendirikan benteng dan pusat pertahanan.
7. Menyatakan perang dan damai.
8. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.

Dengan kekuasaan yang istimewa tersebut, pada tahun 1605 VOC berhasil merampas benteng Portugis di Ambon. Pada tahun 1609, VOC berhasil mendirikan loji (pangkal dagang) di Banten. Setahun kemudian, VOC untuk pertama kalinya mengangkat seorang gubernur jenderal, yaitu Pieter Both (1610-1614) yang berkedudukan di Ambon. Namun, VOC beranggapan bahwa Ambon letaknya terlalu jauh dari Selat Malaka sehingga kurang strategis dijadikan pangkalan dagang yang kuat. Oleh karena itu, perhatian VOC tertuju ke Jayakarta untuk dijadikan pangkalan dagang utamanya.
===============================================

Ferdinand II, Holy Roman Emperor

Ferdinand II (9 July 1578 – 15 February 1637), a member of the House of Habsburg, was Holy Roman Emperor (1619–1637), King of Bohemia (1617–1619, 1620–1637), and King of Hungary (1618–1637). He was the son of Archduke Charles II of Inner Austria, and Maria of Bavaria. In 1590, his parents, who were devout Catholics, sent him to study at the Jesuits' college in Ingolstadt, because they wanted to isolate him from the Lutheran nobles. In the same year, he inherited Inner AustriaStyriaCarinthiaCarniola and smaller provinces—from his father. Rudolf II, Holy Roman Emperor, who was the head of the Habsburg family, appointed regents to administer Inner Austria on behalf of the minor Ferdinand.
Ferdinand was installed as the actual ruler of the Inner Austrian provinces in 1596 and 1597. Rudolph II also charged him with the command of the defense of Croatia, Slavonia and southeastern Hungary against the Ottoman Empire. He regarded the regulation of religious issues as a royal prerogative and introduced strict Counter-Reformation measures from 1598. First, he ordered the expulsion of all Protestant pastors and teachers, then he established special commissions to restore the Catholic parishes. The Ottomans captured Nagykanizsa in Hungary in 1600, which enabled them to invade Styria. A year later, Ferdinand tried to recapture the fortress, but the action ended with a defeat due to the unprofessional command of his troops in November 1601. During the first stage of the family feud known as the Brothers' Quarrel, Ferdinand initially supported Rudolph II's brother, Matthias, who wanted to convince the melancholic Emperor to abdicate, but Matthias' concessions to the Protestants in Hungary, Austria and Bohemia outraged him. He planned an alliance to strengthen the position of the Catholic Church in the Holy Roman Empire, but the Catholic princes established the Catholic League without his participation in 1610.
===============================================

SISTEM BIROKRASI VOC


Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia yang telah dikuasai, VOC mengangkat seorang Gubernur Jenderal yang dibantu oleh empat anggota yang disebut Raad van Indie (Dewan India). Di bawah gubernur jenderal diangkat beberapa Gubernur yang memimpin suatu daerah. Di bawah gubernur terdapat pula beberapa Residen/Karesidenan yang dibantu oleh Asisten Residen. Pemerintahan di bawahnya lagi diserahkan kepada pemerintahan tradisional, yaitu Raja dan Bupati.

Beberapa gubernur jenderal VOC yang dianggap berhasil mengembangkan usaha dagang dan kolonialisasi VOC di Indonesia, antara lain berikut ini.

1. Jan Pieterszoon Coen (1619-1629)


2 komentar:

  1. ORANG ORANG BUGIS YANG SUKA SEJARAH, BODOH KALAU TIDAK MAU BUKA BUKA BLOK SAYA INI..... heheheh.. yang suka Sejarah yang Hoax, bodoh jangan dipelihara Brooo,
    Ini Pembuktian Saya bahwa Sejarah 4 dari Monarki Jerman salah satunya yaitu di Sulawesi.... Naaah, Sejarah Jerman di Sulawesi lah kemudian yang di beri judul Sdejarah Belanda, yang itu diwariskan kepada Para La Fonding Fader di Jawa dulu.
    Yang dimaksud "Eppa Sufala' dimasa lalu yaitu 4 Monarki Jerman tersebut".
    Kitab Undang Undang yang kita warisi itu adalah warisan Jerman, seperti KUHPidana, KUHPerdata, KHUDagang......

    COBA BACA YANG MAKSUD DI BAWAH INI:
    Lembaran Negara VON tahun 1917 – 129 (lampiran II);
    Lembaran Negara VON tahun 1924 – 556 (lampiran I);
    Dalam praktek peradilan perdata dikenal sumber hukum berupaburgerlijk wetboek (BW) yang terdiri dari 1993 pasal. BW tersebut berdasarkan Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini. BW berlaku untuk sebagian warganegara Indonesia yaitu : a) mereka yang termasuk golongan Eropa; b) mereka yang termasuk golongan Tiong Hoa dengan beberapa kekecualian dan tambahan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1917 – 129 (lampiran II); dan c) mereka yang termasuk golongan Timur Asing selain daripada Tiong Hoa dengan kekecualian dan penjelasan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1924 – 556 (lampiran I)[4]. Sementara itu untuk golongan Bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat yang sejak dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat
    Sumber / Penulis: https://pn-tilamuta.go.id/2016/07/12/pertimbangan-hukum-hakim-dalam-putusan-perkara-perdata-dengan-menggunakan-terjemahan-burgerlijk-wetboek/

    BalasHapus
  2. Stupid History Makers
    Pieter Dirkszoon Keyser
    Pieter Dirkszoon Keyser (1540 — 11 September 1596), dikenal juga sebagai Petrus Theodori adalah seorang navigator Belanda yang memetakan langit selatan.

    Setelah beberapa perjalanan ke Brasil, Keyser berpartisipasi sebagai kelasi pertama dan navigator kepala dari ekspedisi penjelajahan pertama Belanda ke Hindia Timur ("Eerste Schipvaart"), yang meninggalkan Texel dengan empat kapal pada 2 April, 1595. Ia telah dilatih secara khusus oleh Petrus Plancius untuk memetakan bintang-bintang di langit sebelah selatan. Ketika armada akhirnya dapat memperoleh perbekalan segar di Madagaskar pada 13 September, 71 di antara 248 orang pelaut tewas, kebanyakan karena avitaminosis C. Kru yang tersisa tinggal selama beberapa bulan di pulau tersebut, untuk pulih dan membuat reparasi, ketika Keyser mungkin membuat kebanyakan pengamatan langitnya. Sesudah meninggalkan Madagaskar, pelayaran masih mengambil waktu empat bulan lagi (Feb-Jun 1596) untuk sampai di Sumatra dan akhirnya Banten di Jawa. Perundingan perdagangan dengan pihak Kerajaan Banten menjadi tidak mengenakkan, barangkali disebabkan oleh penghasut Portugis, atau juga mungkin karena kurang pengalaman, dan kru dipaksa untuk menemukan air minum dan persediaan lain di Sumatra di seberang Selat Sunda, pada saat inilah Keyser meninggal. Pada 14 Agustus, 1597, 81 orang yang selamat kembali ke Texel, termasuk Frederick de Houtman, yang mungkin mengantarkan hasil pengamatan Keyser kepada Plancius.

    Keyser, De Houtman, dan Plancius diakui sebagai pencipta dua belas rasi baru langit selatan yang kini termasuk ke dalam rasi modern. Sebagian besar dinamai menurut berbagai makhluk yang pernah ditemui para penjelajah abad ke-16 (seperti burung cendrawasih, bunglon, burung toucan, dan ikan terbang). Rasi-rasi tersebut diterbitkan pada peta langit Plancius di akhir 1597 oleh Jodocus Hondius. Willem Janszoon Blaeu menyalin rasi-rasi ini pada peta langit buatannya pada tahun 1602 dan membuat peta langit baru pada 1603 berdasarkan pengamatan Frederick de Houtman selama penjelajahan kedua ke Hindia Timur. Johann Bayer kemudian menyalin rasi-rasi selatan ini dari peta Plancius/Hondius pada Uranometria, peta bintang buatannya pada tahun 1603 dan memberikan pengakuan kepada "Petrus Theodori" sebagai penemunya, tetapi ia tidak mengetahui penerbitan lebih awal, dan oleh karena itu sering secara salah memberi pengakuan dengan memperkenalkan mereka.
    https://id.wikipedia.org/wiki/Pieter_Dirkszoon_Keyser

    BalasHapus